Ahlan

Powered by Blogger.
RSS

Salam

Ni merupakan blog ana yang second sbb blog yg lama tu, amribnujamuh.blogspot.com tu account kna blog kot, ana x psti...tp blog ni sdg dbaik pulih...ada hikmah di sebalik ujian yang ana di timpa tu...tu je ana nk tulis...Salam^_^

heh


Pesanan Syeikh Ahmad Yasin

“Sesiapa yang menguasai Palestin, dia akan menguasai dunia”. – Salahuddin Al Ayubi

Kita sambung semula kisah Syeikh Ahmad Yasin yang mati syahid dalam menegakkan kedaulatan bumi Palastine.

Kata-kata semangat ini amat bererti dan mendalam sekali maknanya jika kita benar-benar menghayatinya. Berikut adalah lebih kurang maknanya,

Kata Syeikh Ahmad Yasin, Sesungguhnya aku, seorang tua yang lemah, tidak mampu memegang pena dan menyandang senjata dengan tanganku yang sudah mati(lumpuh), Aku bukan seorang penceramah yang lantang yang mampu menggegarkan semua tempat dengan suaraku(perlahan).

Aku tidak mampu untuk ke mana-mana tempat untuk memenhi hajatku kecuali jika mereka menggerakkan(kerusi roda) ku.

Aku, yang sudah beruban putih dan berada di penghujung umurku. Aku, yang di serang pelbagai penyakit dan di timpa berbagai penderitaan. Adakah segala macam penyakit dan kecacatan yang tertimpa ke atasku turut menimpa bangsa Arab hingga menjadikan mereka begitu lemah? Adakah kalian semua begitu wahai Arab, kalian diam membisu dan lemah, ataukah kalian semua telah mati binasa.

Adakah hati kalian tidak bergelora melihat kekejaman yang berlaku terhadap kami sehingga tiada satu kaum pun bangkit menyatakan kemarahan kerana Allah. Tiada satu kaum pun yang bangkit menentang musuh-musuh Allah yang telah mengistiharkan perang antarabangsa ke atas kami dan menukarkan kami daripada golongan mulia yang dianiaya dan dizalami kepada pembunuh dan penjenayah serta pengganas. Tidak adakah yang mahu di antara kalian, bangkit menentang musuh-musuh yang telah berjanji setia untuk menghancurkan dan menghukum kami.

Tidak malukah umat Islam ini terhadap dirinya yang dihina sedangkan padanya ada kemuliaan. Tidak malukah negara-negara umat Islam ini membiarkan penjenayah Zionis dan sekutu antarabangsanya tanpa memandang kami dengan pandangan yang mampu mengesat air mata kami dan meringankan bebanan kami.

Adakah pertubuhan-pertubuhan umat Islam ini, pasukan tenteranya, parti-partinya, badan-badannya dan tokoh-tokohnya tidak mahu marah kerana Allah dengan kemarahan sebenarnya lalu mereka keluar beramai-ramai sambil melaungkan, “Ya Allah, perkuatkanlah saudara-saudara kami yang sedang dipatah-patahkan, kasihanilah saudara-saudara kami yang lemah ditindas dan bantulah hamba-hambaMu yang beriman!

Adakah kalian tidak memiliki kekuatan berdoa untuk kami? Seketika nanti kalian akan mendengar mengenai peperangan besar ke atas kami dan ketika itu kami akan terus berdiri dengan tertulis di dahi kami bahawa kami akan mati berdiri dan berdepan dengan musuh, bukan mati membelakang(melarikan diri dari musuh)dan akan mati bersama-sama kami, anak-anak kami, wanita-wanita, orang-orang tua dan pemuda-pemuda.

Kami jadikan di kalangan mereka sebagai kayu bakaran buat umat yang diam dalam kebodohan! Janganlah kalian menanti hingga kami menyerah atau mengangkat bendera putih kerana kami telah belajar bahawa kami tetap akan mati walaupun kami berbuat demikian(menyerah). Biarkan kami mati dalam kemuliaan sebagai mujahid.

Jika kalian mahu, marilah bersama-sama kami sedaya mungkin. Tugas membela kami terpikul di bahu kalian. Kalian juga sepatutnya menyaksikan kematian kami dan menghulurkan simpati. Sesungguhnya Allah akan menghukum sesiapa sahaja yang lalai daripada menunaikan kewajipan yang diamanahkan.

Dan kami berharap kepada kalian supaya jangan menjadi musuh yang menambah penderitaan kami. Demi Allah, jangan menjadi musuh kepada kami wahai peminpin-pemimpin umat ini, wahai bangsa umat ini.

Ya Allah, kami mengadu kepadaMu… kami mengadu kepadaMu.. kami megadu kepadaMU… kami mengadu kepadaMu lemahnya kami dan kurangnya helah kami. Demikianlah kami di hadapan manusia. Engkaulah tuhan kepada orang-orang yang lemah. Dan Engkaulah Tuhan kami. Kepada siapa Engkau tinggalkan kami. Adakah kepada orang yang jauh yang akan menyerbu kami. Ataukah kepada musuh yang berkuasa ke atas kami?

Ya Allah, kami mengadu kepadaMu darah-darah yang tertumpah, maruah yang ternoda, kehormatan yang diperkosa, kanak-kanak yang diyatimkan, wanita-wanita yang di jandakan, ibu-ibu yang kehilangan anak, rumah-rumah yang diruntuhkan, tanaman-tanaman yang dirosakkan.

Ya, Allah, kami mengadu kepadaMu, berseleraknya kesatuan umat kami, berpecahnya perpaduan kami, berbagai-bagainya jalan kami, terkebelakangnya kami.

Kami mengadu kepadaMu betapa lemahnya kaum kami, betapa tidak bermayanya umat di sekeliling kami dan betapa berjayanya musuh-musuh kami….”



Ya Allah


Tuesday, November 30, 2010

Ta'lim,ta'dib dan tarbiyah

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan Tuhanmu-lah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.
Dunia pendidikan dalam Islam mendapatkan perhatian yang utama selain masalah ketahuidan. Surat Al-Alaq, sebagai wahyu pertama, secara tersirat menyuruh umat manusia untuk tidak serta merta “beriman” sebelum adanya “ilmu” sehingga orang bertauhid bukanlah tanpa dasar. Ruang “dialogis keimanan” ini memberikan kesempatan kepada manusia untuk berpikir secara”hanif”, tanpa ada paksaan, untuk menerima ketauhidan universal Islam. Pendidikan dalam Islam bukanlah sebuah “transfer of knowledge” semata, pemindahan ilmu dari guru-murid, tanpa adanya dialog-dialog kritis dari kedua belah pihak (guru-murid), sebagaimana digambarkan dalam dialog antara Nabi Muhammad dengan Jibril saat menerima wahyu pertama di gua Hira’. Dengan adanya “umpan balik” antara guru-murid melahirkan berbagai macam konsep-konsep pendidikan dalam Islam, diantaranya:ta’lim, ta’dib dan tarbiyah. Kosep ini semua bermuara pada pendidikan transformatif, pendidikan yang menghantarkan peserta didik menjadi “ahsanu taqwim”.
Pengertian ta’lim, ta’dib, dan tarbiyah.
Ta’lim, secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’ seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, “dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.
Ta’dib, merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dibdiartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dibsekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.
Tarbiyah, merupkan bentuk masdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan, yang berarti pendidikan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mangasuh, mendididk dan memelihara.
Muhammad Jamaludi al- Qosimi memberikan pengertian bahwa tarbiyahmerupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap. Sedangkan Al-Asfahani mengartikantarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitanyang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. waAllahu ‘alam.

Monday, November 29, 2010

Kau Seorang Pejuang...:-)


Jelmaanmu merentas bongkah sendu
Mengorban naluri merungkai pilu
Mengharungi gurun tanpa bayu
Isteriku...
Kehadhiranmu adalah mustika
Mengerlip cahaya sakinah
Laksana bintang membentuk arah burujnya
Isteriku...
Saban waktu, dirimu abdi di gobokku
Senyum manismu menenang jiwaku
Kerlinganmu mengorak senyumku
Kesetiaanmu menyejuk mataku
Isteriku...
Ketika kesejukan mataku
Memandang wajahmu duhai isteriku
Memori ini mengimbau zaman remajaku
Dikala kuhamparkan tangan ke awan biru
Merintih harap isteri yang solehah
Penyejuk mata dan penyeri rumahtangga
Isteriku...
Di senjakala, ku menongkat resah
Dirimu tersangkar dalam kemiskinanku
Dirimu tak punya manikam permata untuk kukalungkan
Tiada nota ringgit untuk kuunjukkan
Tiada lambang kemewahan untukku hamparkan
Dirimu hanya ku langir debu
Ku balutkan jubah
Ku hilangkan dahagamu secangkir cuma
Ku hambat bosanmu seketika sahaja
Isteriku...
Di hening subuh ku merenung sayu
Dirimu kesepian dalam kesibukkanku
Hari-hari berlabuh kita berasingan
Kesedihanmu, sementara diriku di medan
Kesakitanmu pun tiada aku disisi
Rumahku, dirimulah penanti setia
Sementara bagiku, ia hanyalah dangau persinggahan
Isteriku...
Dirimu masih setia dalam sangkar yang sepi
Demi nilai cinta dan ketaatanmu
Isteriku...
Dongaklah wajahmu ke atas
Hulurlah tanganmu ke hadapan
Tabahlah duhai isteriku
Tidakkan ku sia siakan hidupmu
Kan ku hidangkan ilmu buatmu
Kan ku bawamu ke alam perjuangan
Kan ku hantarkan ke perlembahan hidayah
Isteriku...
Bajailah cinta kita
Tenggelamkanlah kemelut rasamu
Isteriku...
Diriku tetap setia disampingmu
Sungguhpun kita jarang bertemu
Sayang isteriku... sayang isteriku

Wednesday, November 24, 2010

Imam Hassan Al Bana

Hassan al Banna (14 Oktober 1906 - pada petang 12 Februari, 1949, Arab:حسن البنا) merupakan reformis sosial dan politik Mesir yang terkenal sebagai pengasas gerakan Jamiat al-Ikhwan al-Muslimun.
Hassan al Banna dilahirkan pada Oktober 1906 di desa al-Mahmudiyyah di daerah al-Bahriyyah, Iskandariah, Mesir (barat laut Kaherah). Beliau berasal dari sebuah perkampungan petani yang terkenal kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam, serta keluarga ulama yang dihormati.
Bapanya, Syeikh Ahmad bin Abdul Rahman bin Muhammed al-Banna, merupakan seorang ulama, imam, guru dan seorang pengarang terkenal, lulusan Universiti Al-Azhar, yang menulis dan menyumbang menulis kitab-kitab hadis dan fiqh perundangan Islam dan juga memiliki kedai membaiki jam dan menjual gramophone. Syeikh Ahmad bin Abdul Rahman al-Banna turut mengkaji, menyelidik dan mengajar ilmu-ilmu agama seperti tafsir al-Qur'an dan hadis kepada penduduk tempatan, dan dia banyak dipengaruhi oleh fikrah serta cita-cita perjuangan Syeikh Muhammad Abduh dan Sayyid Jamaluddin al-Afghani.
Sungguhpun Syeikh Ahmad al-Banna dan isterinya memiliki sedikit harta, mereka bukannya orang yang kaya dan bertungkus lumus untuk mencari nafkah, terutama selepas berpindah ke Kaherah pada 1924; sebagaimana yang lain, mereka mendapati bahawa pendidikan Islam dan kealiman seseorang tidak lagi dihargai di ibu negara itu, dan hasilkerja tangan mereka tidak mampu menyaingi industri besar-besaran.. (Mitchell 1969, 1; Lia 1998, 22-24)
Ketika Hassan al-Banna berusia dua belas tahun, beliau menjadi pemimpin badan Latihan Akhlak dan Jemaah al-Suluka al-Akhlaqi yang dikelolakan oleh gurunya di sekolah. Pada peringkat ini beliau telah menghadiri majlis-majlis zikir yang diadakan oleh sebuah pertubuhan sufi, al-Ikhwan al-Hasafiyyah, dan menjadi ahli penuh pada tahun 1922. (Mitchell 1969, 2; Lia 25-26). Melalui pertubuhan ini beliau berkenalan dengan Ahmad al-Sakri yang kemudian memainkan peranan penting dalam penubuhan Ikhwan Muslimin.
Ketika berusia tiga belas tahun, Hassan al Banna menyertai tunjuk perasaan semasa revolusi 1919 menentang pemerintahan British. (Mitchell 1969, 3; Lia 1998, 26-27)
Pada tahun 1923, pada usia 16 tahun dia memasuki Dar al 'Ulum, sekolah latihan guru di Kaherah. Kehidupan di ibu negara menawarkannya aktiviti yang lebih luas berbanding di kampung dan peluang bagi bertemu dengan pelajar Islam terkemuka (kebanyakannya dengan bantuan kenalan ayahnya), tetapi dia amat terganggu dengan kesan Kebaratan yang dilihatnya disana, terutamanya peningkatan arus sekular seperti parti-parti politik, kumpulan-kumpulan sasterawan dan pertubuhan-pertubuhan sosial sekular terdorong ke arah melemahkan pengaruh Islam dan meruntuhkan nilai moral traditional. (Mitchell 1969, 2-4; Lia 1998, 28-30)
Dia turut kecewa dengan apa yang dilihatnya sebagai kegagalan sarjana Islam di Universiti al-Azhar untuk menyuarakan bangkangan mereka dengan peningkatan atheism dan pengaruh pendakwah Kristian. (Mitchell 1969, 5)
Beliau kemudian menganggotai pertubuhan Jama'atul Makram al-Akhlaq al-Islamiyyah yang giat mengadakan ceramah-ceramah Islam. Melalui pertubuhan ini, Hasan al-Banna dan rakan-rakannya menjalankan dakwah ke serata pelosok tempat, di kedai-kedai kopi dan tempat-tempat perhimpunan orang ramai.
Pada peringkat inilah beliau bertemu dan mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Islam terkenal seperti Muhibbuddin al-Khatib, Muhammad Rashid Reda, Farid Wajdi dan lain-lain.
Di tahun akhirnya di Dar al-'Ulum, dia menulis bahawa dia bercadang menzuhudkan dirinya menjadi "penasihat dan guru" bagi golongan dewasa dan kanak-kanak, agar dapat megajar mereka "matlamat agama dan sumber kegembiraan dan keriangan dalam kehidupan". Dia mendapat ijazah pada tahun 1927 dan diberikan jawatan sebagai guru bahasa Arab di sekolah rendah kebangsaan di Isma'iliyya, bandar provincial terletak di Zon Terusan Suez. (Mitchell 1969, 6)
Al-Imam Hassan al-Banna kemudainnya menubuhkan gerakan Ikhwan Muslimin di bandar Ismailiyyah pada Mac 1928. Ketika itu beliau berusia 23 tahun.
Di Ismailiyya, sebagai tambahan kepada kelas siangnya, dia melaksanakan matlamatnya memberi kelas malam bagi keluarga anak muridnya. Dia juga berceramah di masjid, malah dikedai kopi, yang masa itu masih baru dan dipertikaikan nilai moralnya. Pada awalnya, sesetengah pandangannya berkenaan perlaksanaan Islam yang mudah mendorong kepada tentangan hebat dengan elit keagamaan tempatan, dan dia mengamalkan polisi mengelakkan kontrovesi agama. (Mitchell 1969, 7; Lia 1998, 32-35)
Dia sedih dengan tanda-tanda jelas pengawalan ketenteraan dan ekonomi di Isma'iliyya: kem ketenteraan British, kemudahan awam dimiliki oleh kepentingan luar, dan tempat tinggal mewah milik pekerja Syarikat Terusan Suez, bersebelahan dengan rumah haram pekerja Mesir. (Mitchell 1969, 7)
Setelah berkhidmat 19 tahun dalam bidang perguruan, beliau meletakkan jawatan pada tahun 1946 untuk menyusun kegiatan dakwah dengan berkesan dalam masyarakat di bandar itu. Pengalaman ahli jemaah yang dikumpulkan sekian lama menjadikan Ikhwan Muslimin sebuah gerakan yang berpengaruh.
Ternyata Hassan al-Banna adalah pemimpin yang bijak mengatur organisasi. Ikhwan Muslimin disusun dalam tiga peringkat iaitu, memperkenalkan Ikhwan dan menyebarkan dakwah asas melalui ceramah serta kegiatan kebajikan. Kemudian membentuk keperibadian anggota agar bersedia menjalani jihad seterusnya melaksanakan cita-cita perjuangan Islam dengan tegas. Ikhwan Muslimin berjaya menjadi sebuah gerakan yang menggegarkan Mesir terutama selepas perang dunia kedua apabila gerakan itu turut bertanding di dalam perebutan kuasa politik.
Pengaruh Ikhwan yang kian kuat amat dikhuatiri oleh kerajaan Mesir yang diketuai oleh al-Nukrasi Bassa dari parti al-Sa'di yang bertindak mengharamkan Ikhwan Muslimin pada 1948 atas tuduhan merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan kerajaan. Sungguhpun begitu Hassan al-Banna tidak ditahan dan beliau cuba sedaya upaya menyelamatkan Ikhwan. Malangnya usaha beliau belum berhasil sehinggalah ditembak pada waktu Zohor 12 Februari 1949, ketika keluar dari bangunan Ikhwan Muslimin. Beliau menghembuskan nafas terakhir di hospital dan pembunuhan beliau didakwa dirancang oleh polis rahsia kerajaan berikutan kematian perdana menteri yang dibunuh oleh seorang pelajar yang kecewa dengan pembubaran Ikhwan Muslimin.
Jenazah al-Imam Hassan Al-Banna telah dikebumikan dengan kawalan kereta-kereta kebal dan perisai. Orang ramai tidak dibenarkan menghadiri upacara pengebumiannya, yang hadir hanya keluarganya sendiri.

Kisah Amr ibnu Jamuh

Ia adalah ipar dari Abdullah bin Ami bin Harem, karena menjadi suami dari saudara perempuan Hindun bintj Amar; Ibnul Jamuh merupakan aalah swrang tokoh penduduk Madinah dan salah seorang pemimpin Bani Salamah….
Ia didahului masuk Islam oleh putranya Mu’adz bin Arnr yang termasuk kelompok 70 peserta bai’at ‘Aqabah. Bersama shahabatnya Mu’adz bin Jabal, Mu’adz bin Amr ini menyebarkan Agama Islam di kalangan penduduk Madinah dengan keberanian luar biasa sebagai layaknya pemuda Mu’min yang gagah perwira….

Telah menjadi kebiasaan bagi golongan bangsawan di Madinah, menyediakan di rumah masing~masing duplikat berhala-berhala besar yang terdapat di-tempat-tempat pemujaan umum yang.dikunjungi oleh orang banyak. Maka sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang bangsawan dan pemimpin Amru bin Jamuh juga mendirikan berhala di rumahnya yang dinamakan Manaf.

Putranya, Mu’adz bin Amr bersama temannya Mu’adz bin Jabal telah bermufakat akan menjadikan berhala di rumah bapaknya itu sebagai barang permainan dan penghinaan. Di waktu malam mereka,menyelinap ke dalam rumah, lain mengambil berhala itu dan membuangya ke dalam Lubang yang biasa digunakan manusia untuk membuang hajatnya.
Pagi harinya Amr tidak melihat Manaf berada di tempatnya yang biasa, maka dicarinyalah berhala itu dan akhirnya ditemukannya di tempat pembuangan hajat. Bukan main marahnya Amr, lain bentaknya: “Keparat siapa yang telah melakukan perbuatan durhaka terhadap tuhan-tuhan kita malam tadi…?”Kemudian dicuci dan dibersihkannya berhala itu dan dibelinya wangi-wangian.
Malam berikutnya, berdua Mu’adz bin Amr dan Mu’adz bin Jabal memperlakukan berhala itu seperti pada malam sebelumnya. Demikianlah pula pada malam-malam selanjutnya. Dan akhirnya setelah merasa bosan, Amar mengambil pedangnya lalu menaruhnya di leher Manaf, sambil berkata: ”Jika kamu betul-betul dapat memberikan kebaikan, berusahalah untuk mempertahankan dirimu … !”
Pagi-pagi keesokan harinya Amr tidak menemukun berhalanya di tempat biasa… tetapi ditemukannya kali ini di tempat pembuangan hajat itu tidak sendirian, berhala itu terikat bersama bangkai seekar aniing dengan tali yang kuat, Dan selagi ia dalam keheranan, kekeeewaan serta amarah, tiba-tiba datangtah ke tempatnya itu beberapa orang hangsawan Madinah yang telah masuk Islam. Sambil menunjuk kepada berhala yang tergeletak tidak berdaya dan terikat pada bangkai anjing itu, mereka mengajak akal budi dan hati nurani Amr bin Jamuh untuk berdialog serta membeberkan kepadanya perihat Tuhan yang sesungguhnya, Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi, yang tidak satupun yang menyamai-Nya. Begitupun tentang Muhammad shallallahu alaihi wasalam orang yang iujur dan terpercaya, yang muneul di arena kehidupan ini untuk memberi bukan untuk menerima, untuk memberi petunjuk dan bukan untuk menyesatkan. Dan mengenai Agama. Islam yang datang untuk membebaskan manusia dari belenggu segala macam belenggu dan menghidupkan pada mereka rub Allah serta menerangi dalam hati mereka dengan cahaya-Nya.
Maka dalam beberapa saat, Amr telah menemukan diri dan harapannya … Beberapa saat kemudian ia pergi, dibersihkahnya pakaian dan ·badannya lain memakai minyak wangi dan merapikan diri, kemudian dengan kening tegak dan jiwa bersinar ia pergi untuk bai’at kepada Nabi teiakhir, dan menempati kedudukannya di barisan orang-orang- beriman.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa orang-orang seperti Amr ibnul Jamuh, yang merupakan pemimpin dan bangsawan di kalangan suku bangsanya, kenapa mereka sampai mempercayai berhala-berhala itu sedemikian rupa… ? Kenapa akal fikiran mereka tak dapat menghindarkan diri dari kekebalan dan ketololan itu … ? Dan kenapa sekarang ini …setelah mereka menganut Islam dan memberikan pengurbanan … kita menganggap mereka sebagai orang-orang besar…..?
Di masa sekarang ini, pertanyaan seperti itu mudah saja timbul, karena bagi anak kecil sekalipun tak masuk dalam akalnya akan mendirikan di rumahnya barang yang terbuat dari kayu lalu disembahnya …, walaupun masih ada para ilmuwan yang menyembah patung.
Tetapi di zaman yang silam, kecenderungan-kecenderungan manusia terbuka luas untuk menerima perbuatan-perbuatan aneh seperti itu di mana kecerdasan dan daya fikir mereka tiada berdaya menghadapi arus tradisi kuno tersebut ….
Sebagai contoh dapat kita kemukakan di sini, Athena. Yakni Athena di masa Perikles, Pythagoras dan Socrates! Athena yang telah mencapai tingkat berfikir yang menakjubkan, tetapi seluruh penduduknya, baik para filosof, tokoh-tokoh pemerintahan sampai kepada rakyat biasa, mempercayai patung-patung yang dipahat, dan memujanya sampai taraf yang amat hina dan memalukan! Sebabnya ialah karena rasa keagamaan di masa-masa yang telah jauh berselang itu tidak mencapai garis yang sejajar dengan ketinggian alam fikiran mereka….
Amr ibnul Jamuh telah menyerahkan hati dan hidupnya kepada Allah Rabbul-Alamin. Dan walaupun dari semula ia telah berbai’at pemurah dan dermawan,tetapi Islam telah melipatgandakan kedermawanannya ini, hingga seluruh harta kakayaannya diserahkannya untuk Agama dan kawan-kawan seperjuangannya.
Pernah Rasulullab shallallahu alaihi wasalam menanyakan kepada segolongan Bani Salamah yaitu suku Amr ibnul Jamuh, katanya: “Siapakah yang menjadi pemimpin kalian, hai Bani Salamah?” Ujar mereka: “AlJaddu bin Qeis, hanya sayang ia kikir …. “. Maka sabda Rasulullah pula: “Apa lagi penyakit yang lebih parah dari kikir!
Kalau begitu pemimpin kalian ialah si Putih Keriting, Amr ibnul Jamuh…!”Demikianlah kesaksian dari Rasululiah shallallahu alaihi wasalam ini merupakan penghormatan besar bagi Amr….. ! Dan mengenai ini seorang penyair Anshar pernah berpantun:
“Amr ibnul Jamuh membiarkan kedermawanannya merajalela, dan memanng wajar, bila ia dibiarkan berkuasa, jika datang permintaan, dilepasnya kendali hartanya, silakan ambil, ujarnya, karena esok ia akan kembali ,berlipatganda!”
Dan sebagaimana ia dermawan membaktikan hartanya di jalan Allah, maka Amr ibnul Jamuh tak ingin sifat pemurahnya akan kurang dalam menyerahkan jiwa raganya… ! Tetapi betapa caranya..? Kakinya yang pincang menjadi penghadang badanya untuk ikut dalam peperangan. Ia mempunyai empat orang putra, semuanya beragama islam dan semuanya satria bagaikan singa, dan ikut bersama Nabi shallallahu alaihi wasalam dalam setiap peperangan serta tabah dalam menunaikan tugas perjuangan ….
Amr telah berketetapan hati dan telah menyiapkan peralatannya untuk turut dalam perang Badar, tetapi putra-putranya memohon kepada Nabi agar ia mengurungkan maksudnya dengan kesadaran sendiri, atau bila terpaksa dengan larangan dari Nabi.
Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang, dengan alasan ketidak mampuan disebabkan cacad kakinya yang berat itu. Tetapi ia tetap mendesak dan minta diidzinkan, hingga Rasulullah terpaksa mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah.
Sekarang datanglah Masanya perang Uhud. Amr lalu pergi menemui Nabi saw. memohon kepadanya agar diidzinkan turut, katanya: “Ya Rasulallah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi bertempur bersama anda. Demi Allab, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga… !’·Karena permintaannya yang amat sangat, Nabi saw memberinya idzin Untuk turut. Maka diambilnya alat-alat senjatanya, dan dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat. Dan dengan suara beriba-iba ia memohon kepada Allah: “Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku; dikembalikan kepada keluargaku…..!”
Dan kedua pasukan pun bertemulah dihari uhud itu….. Amr ibnul Jamuh bersama keempat putranya maju ke depan menebaskan pedangnya kepada tentara penyeru kesesatan dan pasukan syirik…..
Di tengah-tengah pertarungan yang hiruk pikuk itu Amr melompat dan bersijingkat, dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia terus melepaskan pukulan-pukulan pedangnya ke kiri ke kanan dengan tangan kanannya, sambil menengok ke sekelilingnya, seolah-olah merrgharapkan kedatangan Malaikat dengan secepatnya yang akan menemani dan meng awalnya masuk suga.
Memang, ia telah memohon kepada Tuhannya agar diberi syahid dan ia yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala, pastilah akan mengabulkannya. Dan ia rindu, amat rindu sekali akan berjingkat dengan kakinya yang pincang itu dalam surga, agar ahli surga itu sama mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah saw itu tahu bagaimana caranya memilih shahabat dan bagaimana pula mendidik dan menempa manusia….
Dan apa yang ditunggu-tunggunya itu pun tibalah, suatu pukulan pedang yang berkelebat …, memaklumkan datangnya saat keberangkatan…..,yakni keberangkatan seorang syahid yang mulia, menuju surga jannatul khuldi, surga Firdausi yang abadi… !
Dan tatkala Kaum Muslimin memakamkan-para syuhada mereka, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam mengeluarkan perintah yang telah kita dengar dulu, yaitu: -
“Perhatikan, tanamkanlah jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr ibnul Jamuh di makam yang satu, karena selagi hidup mereka adalah dua orang shahabat yang setia dan bersayang-sayangan .. _ !”
Kedua shahabat yang bersayang-sayangan dan telah menemui syahid itu dikuburkan dalam sebuah makam, yakni dalam pangkuan tanah yang menyambut jasad mereka yang suci setelah menyaksikan kepahlawanan mereka yang luar biasa.
Dan setelah beralu mesa selama 46 tahun di pemakaman dan penyatuan mereka, datanglah banjir besar yang melanda dan menggenangi tanah pekuburan disebabkan digalinya sebuah mata air yang dialirkan Muswiyah melalui tempat itu. Kaum Muslimin pun segera memindahkan kerangka para syuhada.
Kiranya mereka sebagai dilukiskan oleh orang-orang yang ikut memindahkan mereka: “Jasad mereka menjadi lembut, dan ujung-ujung anggota tuhuh mereka jadi melengkung … !”
Ketika itu Jabir bin Abdullah masih hidup. Maka bersama keluarganya ia pergi memindahkan kerangka bapaknya Abdullah bin Amr bin Haram serta kerangka bapak kecilnya Amr ibnul Jamuh …. Kiranya mereka dapati kedua mereka dalam kubur seolah-olah sedang tidur nyenyak .. .:. Tak sedikit pun tubuh mereka dimakan tanah, dan dari kedua bibir masing-masing belum hilang senyuman manis alamat ridha dan bangga yang telah terlukis semenjak mereka dipanggil untuk menemui Allah dulu.
Apakah anda sekalian merasa heran … ? Tidak, jangan tuan-tuan merasa heran … ! Karena jiwa-jiwa besar yang suci lagi bertaqwa, yang mampu mengendalikan arah tujuan hidupnya, membuat tubuh-tubuh kasar yang menjadi tempat kediamannya, memiliki semaeam ketahanan yang dapat menangkis sebab-sebab kelapukan dan mengatasi beneana-bencana tanah.

Wahai muslimah2!!! Perhatikan 13 auratmu!!

by شوهدا موجهده on Friday, November 19, 2010 at 11:30pm
Untuk dikongsi bersama..... .......

1. Bulu kening - Menurut Bukhari, Rasullulah melaknati perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening - Petikan dari Hadis Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari.

2. Kaki memakai gelang berloceng - Dan janganlah mereka (perempuan) menghentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan - Petikan dari S ura h An-Nur Ayat 31. Keterangan : Menampakkan kaki dan menghayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah.

3. Wangian - Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong kapal kata orang sekarang hidong belang - Petikan dari Hadis Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban.

4. Dada - Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka - Petikan dari S ura h An-Nur Ayat 31.

5. Gigi - Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya - Petikan dari Hadis Riwayat At-Thabrani, Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah - Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.

6. Muka dan leher - Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.

7. Muka dan Tangan - Asma Binte Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja - Petikan dari Hadis Riwayat Muslim dan Bukhari.

8. Tangan - Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya - Petikan dari Hadis Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.

9. Mata - Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya - Petikan dari S ura h An Nur Ayat 31.

Sabda Nabi Muhamad SAW, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram - Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.

10. Mulut (suara) - Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik - Petikan dari S ura h Al Ahzab Ayat 32.

Sabda SAW, Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi - Petikan dari Hadis Riwayat Ibn Majah.

11. Kemaluan - Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka - Petikan dari S ura h An Nur Ayat 31.

Apabila seorang perempuan itu solat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya - Hadis Riwayat Riwayat Al Bazzar.

Tiada seorang perempuanpun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah - Petikan dari Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.

12. Pakaian - Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan terutama yang menjolok mata , maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti - Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, An Nasaii dan Ibn Majah.

Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat 59. Bermaksud : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah diken ali Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Sesungguhnya sebilangan ahli Neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya - Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim. Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu.

13. Rambut - Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya - Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.

Tuesday, November 23, 2010

Keluarga Sakinah Miniatur Masyarakat Madani

Orang selalu menyebut-nyebut tentang “masyarakat madani”. Sebuah gambaran tentang masyarakt sukses yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Begitu inginnya masyarakat/ummat berada dalam sebuah masyarakat yang makmur, aman, tenteram dan damai, sehingga segala idea untuk mencipta masyarakat seperti itu disambut dengan hebat. Sayang sekali tidak mudah kita menemui tulisan yang menerangkan cara mencapainya. Bahkan masih banyak muslimin tidak memahami tahapan-tahapan amal dalam menegakkan Islam, padahal masyarakat yang diidamkan tadi sebenarnya bukan merupakan tujuan akhir penegakkan Islam.

Islam menghendaki agar penghambaan manusia dikembalikan hanya kepada Allah SWT.

Islam menghendaki agar pilar-pilarnya dibangun pertama kali di dalam dada individu kemudian di dalam sebuah rumah tangga kemudian dalam sebuah masyarakat kemudian sebuah negara kemudian sebuah khilafah kemudian di atas seluruh permukaan bumi sebelum akhirnya tegak di seluruh alam semesta ini, InsyaAllah.

Keluarga merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah masyarakat, dan seperti yang telah disebutkan, menegakkan Islam dalam keluarga merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan cita-cita Islam. Dengan pemahaman tentang ini tidak terlalu sukar untuk menyimpulkan bahawa sebuah keluarga sakinah (Keluarga yang berjaya menurut standard Islam) adalah cerminan sebuah masyarakat madani. Sedangkan masrakat madani sendiri merupakan standard Islam tentang sebuah masyarakat yang ”makmur, aman, tentram dan damai”.

Agaknya apakah ciri-ciri persamaannya dan apakah cara mewujudkannya juga akan sama dengan cara mewujudkan karakteristik masyarakat madani?. Dalam tulisan kali ini InsyaAllah akan dihuraikan beberapa ciri/karakteristik masyarakat madani yang tumbuh dari kumpulan keluarga sakinah.

Keluarga Rabbani

Sebagaimana salah satu ciri masyarakat madani adalah bersifat Robbani, maka keluarga sakinah juga berciri robbani. Ertinya, di dalam keluarga / masyarakat tersebut setiap anggotanya berusaha untuk berlumba di dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai agenda utama keluarga/ masyarakat. Mereka menyedari dengan betul bahawa hanya Allah sajalah yang harus di jadikan tempat meminta bagi wujudnya kebahagiaan bersama. Kerana mereka meyakini firman Allah sebagai berikut:

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan(peliharalah) hubungan silaturrahim.” (4:1)

Sebuah keluarga sakinah tidak pernah menjadikan variable keduniaan sebagai faktor utama munculnya kekuatan internal keluarga. Mereka juga percaya bahawa hanya dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dan menegakkan aturan Allah sahajalah, kebahagiaan, kasih-sayang dan kecintaan sejati akan dirasakan di dalam keluarga. Suatu bentuk kebahagiaan yang tidak dibatasi selama hidup di dunia semata, melainkan jauh hingga berkumpul kembali di akhirat. Demikian juga dalam masyarakat madani di mana hukum Allah ditegakkan dengan sempurna.

Keluarga Yang Cinta Ilmu

"Iqra'" (96:1) Ayat pertama yang turun kepada Nabi Saw adalah ayat tadi: ” Bacalah!”, belajarlah!

Keluarga sakinah adalah keluarga yang cinta ilmu, seperti juga masyarakat madani. Mereka saling belajar dan saling mengajarkan, antara yang tua kepada yang muda mahupun sebaliknya. Keluarga yang menghargai ilmu sehingga menempatkan ahli ilmu di tempat yang dihormati, mencari ilmu dan mengajarkannya, serta kemudian bersyukur kepada Allah atas ilmu dan barokah ilmu, dan menggunakannya di jalan Allah. Keluarga sakinah tidak bersikap jumud mahupun liberal dalam bersikap dengan ilmu. Seorang ayah menganjurkan anaknya untuk menuntut ilmu, membiayainya, kemudian juga menghormati anaknya yang mahu membagi ilmu itu kepadanya dan sedia menerima nasihat anaknya dengan ilmu yang dia (anak itu) pelajari dari gurunya. Bahkan sebelum itu sang ayahlah yang mencarikan guru terbaik untuk anaknya itu. Singkatnya keluarga sakinah/ rabbani terdiri dari anggota keluarga yang telah manghayati sabda Rasulullah saw berikut:

“Barangsiapa ingin berjaya di dunia, tuntutlah ilmu. Barangsiapa ingin berjaya di akhirat, tuntutlah ilmu. Dan barangsiapa ingin berjaya di dunia dan di akhirat, tuntutlah ilmu.”

Meskipun demikian anggota keluarga sakinah tetap berpegang pada prinsip : ”Pendapat siapapun dapat diterima dan ditolak, kecuali dari Allah dan RasulNya yang kita terima tanpa keraguan”.

Keluarga Yang Cinta Damai


Keluarga sakinah, seperti juga masyarakat madani, selalu berusaha untuk tampil sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Dalam lingkungan yang kecil di dalam keluarga, suasana saling cinta mendasari hubungan antara mereka. Kakak dan adik saling cinta, ayah dan ibu menjadi teladan mereka.

Di dalam lingkungan yang lebih besar di luar rumah, di antara jiran tetangga, anggota-anggota keluarga sakinah memperlihatkan sikap dan sifat yang sama, bersikap santun kepada tetangga, juru jual, tukang kutip sampah, penjaga kedai, dan siapa saja yang ada di lingkungannya. Anak-anak keluarga sakinah akan dikenali dari akhlaknya yang santun, menghormati yang tua, menyayangi yang kecil, tidak suka mengganggu atau merugikan orang lain, jujur ketika berjual beli dan bertutur-kata. Siapapun yang melihat mereka akan berharap anak mereka akan bersikap serupa, kerana kesantunan dan kebaikan akhlak mereka. Anak-anak seperti ini akan menjadi cahaya mata bagi orang tua mereka, bahkan juga bagi lingkungannya. Siapapun akan bangga memiliki warga seperti mereka. Singkatnya mereka berusaha meneladani Rasulullah saw dalam hal yang Allah isyaratkan di dalam firman-Nya:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (21:107)

"Equality" Dalam Keluarga


Keluarga sakinah selalu berusaha mewujudkan suasana “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah” di dalam rumah. Setiap anggota keluarga tidak hanya dikenalkan kewajipan yang harus dipenuhinya, melainkan juga diberitahu akan hak-hak yang dimilikinya. Baik ayah, suami, ibu, isteri mahupun anak-anak bahkan pembantu menyedari bahawa ia memiliki hak-hak yang perlu dijaga dan dipenuhi. Dan pihak pertama yang harus memastikan bahawa hak-hak ini dipenuhi adalah kepala keluarga.

Bukanlah sebuah miniatur masyarakat Islam atau madani bila yang memperoleh pemenuhan hak hanya sang ayah atau suami sedangkan anak dan isteri hanya ada senarai kewajipan. Misalnya dalam hal saling menasihati. Bukan hanya ayah kepada anak atau ibu kepada anak atau suami kepada isteri memperoleh hak menasihati. Melainkan sebaliknya hendaklah dipastikan bahawa anakpun boleh dan dijamin memberi nasihat kepada orang tua atau isteri menasihati suami. Inilah miniatur masyarakat Islam dan madani.

Ketika Umar bin Khattab berdiri di hadapan umat pada hari dilantiknya menjadi khalifah, maka bangunlah seorang lelaki mengangkat pedangnya tinggi-tinggi seraya berkata: “Hai Amirul mu’minin, seandainya perjalanan kepemimpinanmu melenceng dari garis ketentuan Allah dan RasulNya, nescaya pedangku ini akan meluruskanmu.” Maka dengan tawadhu dan rendah hatinya Umar menjawab: “Alhamdulillah ada seorang lelaki ditengah umat yang aku pimpin akan meluruskanku tatkala aku menyimpang.” Dan pada saat itu tidak ada seorangpun yang menuduh lelaki tersebut sebagai tidak percaya atau tidak tsiqoh akan kepemimpinan Amirul mu’minin Umar bin Khattab ra. Justeru ke-tsiqoh-annya kepada Umar menyebabkan lelaki tersebut begitu leluasanya menyampaikan aspirasi secara tulen dan apa adanya. Hal ini menunjukkan betapa seimbangnya suasana masyarakat Islam kala itu. Dan setiap warga menjadi seperti itu kerana lahir dari keluarga-keluarga yang memang sejak awal menanamkan nilai-nilai seimbang di rumah masing-masing.

Tahu, Mahu dan Jihad


Manusia ditaklifkan dengan untuk tiga perkara; menjadi a'bid iaitu hamba, daei' iaitu pendakwah dan menjadi khalifah iaitu penjaga alam ini.
Hampir semua orang tahu perkara ini.
Sebahagian dari mereka mahu untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.
Tetapi hanya segelintir sahaja yang bermujahadah (jihad) untuk melakukannya.
Kita tahu dosa itu tidak bagus. Kita mahu untuk menghindari dosa.
Tetapi sejauh manakah kita bermujahadah untuk menghindari dari dosa?
Sengaja persoalan tersebut ditinggalkan untuk difikirkan.
Banyak manusia tahu qiamullail itu baik. Ramai juga mahu melakukannya.
Tapi mengapakah kita susah sangat untuk bangun qiamullail.
Kita tahu solat jemaah itu dapat 27 kali ganda. Kita juga mahu mengutip sebanyak pahala untuk bekalan kita di hari akhirat. Tetapi, mujahadah untuk ke masjid? Sangat-sangatlah kurang.
Kita tahu dakwah itu wajib atas umat Islam. Kita mahu untuk berdakwah.
Tetapi mengapakah kita susah sangat untuk bermujahadah untuk berdakwah?
Wahai sahabatku, tahu tanpa amal, bagaikan pokok yang tiada buah. Amal tanpa jihad sia-sia.
Pentingnya jihad bukan di medan perang sahaja, tetapi di medan nafsu dirimu juga.
Kekuatan umat Islam bukan hanya terletak pada ketinggian ilmu, keazaman yang tinggi, tetapi semangat mujahadah yang tinggi juga.
Tapi mengapalah jihad menjadi perkataan yang sensitif?

Warkah Hati Buat Wanita


"Kerana dirimu begitu berharga." Biasa mendengar kata-kata ini diselitan iklan rancangan-rancangan televisyen. Model wanita rupawan pasti menjadi alat untuk mempromosikan produk kosmetik dan kecantikan. Tanpa disedari, diri yang bangga dipertontonkan sebenarnya telah diperalatkan oleh pihak yang ingin mengaut keuntungan.
Cantik.. adakah pada rupa? Soalan yang pasti jawapannya 'Ya' secara umum.
Tetapi jikalau lelaki memilih isteri hanya semata melihat cantik itu pada rupa, andai hilang cantik itu berubahlah setianya nanti. Mata mula meliar mencari yang jelita. Cinta pudar bertukar rasa.
Namun jika cantik itu dilihat pada budi, kerut di wajah isteri seakan hilang pergi kerna terkenang baiknya budi isteri. Cinta yang disemai semakin utuh bersemi dan terbinalah kasih yang abadi ke syurga-Nya nanti.
Wanita yang dikasihi sekalian,
Jangan kau menilai cantik itu hanya pada paras rupa, bukan itu sebenarnya menjadi ukuran. Kerana pasti nanti ada yang melihat kecantikanmu andai dirimu berakhlak mulia. Kerana akhlak itu tempat tertambatnya cinta pada mata yang melihat.
Andai cantik tetapi tidak berakhlak, ibaratnya seperti bunga dedap. Indah luaran tetapi baunya tidak tertahankan bagi yang menghidu. Mendekati hanya kerna indah, tetapi untuk berlama-lamaan sungguh tidak sanggup sekali.
Andai kurang cantik di mata manusia, tetapi berakhlak mulia, ibaratnya seperti bunga seroja. Biar putih salju, tetapi manisnya dihirup sang lebah menghasil madu. Memberi manfaat pada yang memerlu.
Andai cantik juga berakhlak mulia, itu adalah tambahan buat dirimu. Ibarat mawar menguntum indah, wanginya menarik sesiapa yang mendekati. Namun kecantikannya bukan mudah untuk direnggut kerana ada duri yang tajam mengawasi.
Di antara kuntum-kuntuman bunga ini, jadilah dirimu seperti mawar. Namun andai dirimu bukanlah sejelita pandangan manusia, cukuplah dirimu untuk punyai akhlak yang mulia. Suatu hari nanti, pasti ada lebah yang mengintai meminta izin penuh kesopanan untuk menyunting manismu di taman larangan.
Satu yang kau perlu ingat, kecantikanmu bukan barang tontonan untuk dipamerkan untuk semua lelaki, ia hanya buat suamimu. Yang Allah ciptakan buatmu sebagai pelengkap dan pelindung dirimu. Jagailah hak Allah, nescaya Allah akan menjaga hakmu.
Ketaatanmu untuk menutup aurat itu adalah hak Allah yang perlu kau jagai. Ibarat Dia menumbuhkanmu di taman larangan, ibu bapamu yang menyemaimu dan menjagaimu sehingga tiba saatnya nanti kau akan dibawa keluar oleh seseorang yang boleh menjagaimu pula dengan izinnya. Kerana itu, sebelum engkau dibawanya, hendaklah dirimu bersedia serta menjaga maruah dan ketaatanmu hanya kerana-Nya.
Wanita muslimah yang dikasihi.
Diriku yang hanya sebutir pasir di lautan manusia ini ingin rasanya membawa kalian bersama mengerti bahawa kehidupan ini bukan kehidupan yang kekal. Tiba saatnya pasti kita kan pergi. Kecantikan yang dibangga-banggakan sekian manusia jua tidakkan memanfaatkan kelak. Yang dikira adalah amal soleh, doa anak-anakyang soleh/solehah dan amal jariah. Bukankah semuanya menuntut sebuah akhlak yang mengalir dalam diri dan hati kita??
Ingatanku ini seawalnya hanya kutujukan buat diriku, dan ingatan kasihku pada kalian memungkinkan tanganku ringan mencoretkannya. Kumohon Allah pelihara kehidupan kita dengan keberkatan yang berpanjangan. Semoga bertemu di syurga-Nya kelak insyaAllah. Ameen ya Rabbal Alamin..

Batas aurat dalam islam

AURAT KETIKA BERSENDIRIAN
1. Imam Hanafi dan Imam Hambali berpendapat : “Sebagaimana dilarang seorang mukallaf (Orang yang dituntut beramal dengan suruhan dan emninggalkan larangan) mendedahkan aurat ketika berhadapan dengan orang yang dilarang melihat auratnya, maka demikian juga dilarang mendedahkan auratnya ketika ia bersendirian kecuali ketika dharurat atau terpaksa dibuka seperti ketika qadha’ hajat atau ketika mandi. Ketika dharurat diharuskan membukanya”.
2. Sementara Imam Maliki dan Imam Syafi’ie berpendapat : “Ketika seseorang itu bersendirian, tidak diharamkan mendedahkan auratnya hanya makruh kecuali ketika dharurat kerana ketika dharurat diharuskan membukanya”.
BATAS-BATAS AURAT LELAKI
Hadis riwayat Muslim, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmizi, bahawa Nabi Muhammad SAW bersabda maksudnya : “ Seorang lelaki tidak boleh melihat aurat lelaki lain, demikian juga wanita tidak boleh melihat aurat wanita yang lain. Tidak boleh dua orang lelaki berada ( tidur ) dalam satu selimut demikian juga dengan wanita dilarang berbuat demikian”.
Ulama mempunyai pelbagai pendapat dalam hal had atau batas aurat lelaki ini;
1. Imam Hanafi dan Imam Hambali berpendapat : ” Lelaki diwajibkan menutup auratnya di antara pusat hingga lutut daripada dilihat oleh lelaki atau perempuan yang bukan mahramnya kecuali kepada isterinya. Selain dari isterinya diharamkan melihat aurat di antara pusat hingga lututnya”.
Isteri boleh (harus) melihat aurat suami kecuali pada kemaluan kerana melihat kemaluan masing-maisng adalah MAKRUH.
2. Imam maliki dan Imam Syafi’ie berpendapat : ” Aurat lelaki ada dua keadaan : (1) Auratnya dengan sesama lelaki dan perempuan yang mahram dengannya. Auratnya ialah di antara pusat hingga lutut sahaja. (2) Auratnya dengan perempuan yang bukan mahramnya. Auratnya adalah seluruh tubuh badannya. (Rujuk al-Fiqh ’Ala al-Mazahib Al-Arba’ah, jilid 1 dalam bab Mabhas Sitr Al Aurah).
BATAS AURAT WANITA DENGAN LELAKI
Para Ulama bersepakat berpendapat bawah aurat perempuan kepada lelaki yang bukan MAHRAMNYA ialah seluruh tubuh kecuali muka dan kedua tapak tangannya. Ini berdasarkan kepada firman Allah SWT adalam surah An-Nur ayat 31, Al-Ahzab ayat 53 dan ayat 59 serta riwayat beberapa buah hadith.
Firman Allah SWT adalam Surah An-Nur ayat : 31 : yang mafhumnya :
“Dan janganlah mereka (wanita) menampakkan perhiasannya kecuali apa yang biasa nampak daripadanya dan hendaklah mereka menutup kain tudung mereka hingga ke bawah dada”.
Firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab ayat 59 yang bermaksud :
“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri dan anak-anak perempuan kamu serta kepada para isteri orang mukmin sekalian, hendaklah menghulurkan JILBAB mereka ke seluruh tubuh badan mereka kerana dengan itu mereka akan mudah dikenali (sebagai wanita mukminah) dan mereka selamat daripada gangguan. Dan sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Firman Allah lagi dalam Surah Al-Ahzab ayat 53 yang bermaksud :
“ … Apabila kamu bertanya atau meminta sesuatu keperluankepada mereka (isteri-isteri Nabi SAW), maka hendaklah di sebalik tabir. Cara demikian adalah lebih mensucikan hati kamu dan hati mereka …”
Sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Tafsir Ibn Kathir juz 3 halaman 284 disebut riwayat dari Ibn Syahab dari ’Urwah dan dari Aishah, katan Aisyah R.anha : ”Moga-moga Allah mencucuri rahmat kepada wanita-wanita Muhajirin yang mulia iaitu tatkala Allah menurunkan ayat 31 surah An-Nur, mereka teus mengoyak kain selendang lalu menutup diri mereka dengannya”.
Hadith riwayat Abu Daud daripada Saidatina Aisyah R.anha bahawa suatu hari kakaknya iaityu Asma’ binti Abu Bakr datang mengadap Rasulullah SAW sedangkan ia berpakaian nipis (jarang). Melihatkan keadaan itu, Rasulullah SAW terus berpaling muka dan bersabda maksudnya : ” Wahai Asma’, apabila seorang wanita telah sampai masa haid (baligh), maka lelaki ajnabi tidak boleh melihatnya, kecuali kadar had ini ( Rasulullah SAW mengisyaratkan pada muka dan kedua tapak tangannya)”.
BATAS AURAT WANITA MENURUT ULAMA’ MAZHAB
Antara batas aurat wanita yang telah ditetapkan oleh syariat menurut pendapat dan fatwa mazhab ialah ;
1. Di hadapan lelaki bukan mahramnya ialah seluruh tubuh. Maksudnya semua termasuk rambutnya, mukanya, kedua tapak tangannya zahir dan batinnya juga kedua tapak kakinya. Hukum ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang bermaksud : ”Sesungguhnya wanita itu adalah aurat”. (Hadith riwayat Al-Bazar dan At-Tirmizi).
2. Semasa seorang diri atau di hadapan lelaki mahramnya atau di hadapan wanita Islam yang baik akhlaknya, batas auaratnya adalah antara pusat hingga lutut. Walau bagaimanapun, bagi menjaga adab serta memperhalusi akhklak ketika berhadapan dengan lelaki yang mahramnya, eloklah wanita itu menjaga dan menutup auratnya yang selain dari pusat hingga lutut agar tidak menimbulkan ghairah kepada lelaki walaupun darjatnya mahrahm dengannya. Lebih-lebih lagi ditakuti akan timbul fitnah, kes sumbang mahram dan lain-lain.
3. Di hadapan wanita kafir dan wanita yang rendah aklaknya, aurat wanita itu adalah seluruh tubuh kecuali anggota yang zahir ketika bekerja iaitu kepala, muka, leher, dari dua tapak tangan hingga ke siku sahaja dan dua tapak kakinya. Selain itu adalah diharamkan membukanya.
4. Aurat wanita sahaya (hamba) kepada lelaki yang mahram dengannya dan sesama perempuan auratnya adalah dari pusat hingga lutut. Dengan lelaki bukan mahram dengannya ( ajnabi ) auratnya adalah seluruh tubuh badan.
Penjelasan-penjelasan ulama tentang batas-batas aurat wanita merdeka di hadapan lelaki ajnabi ( bukan mahram). Perbezaan pendapat;
1. MAZHAB SYAFI’IE : ada 2 qaul ;
a) Qaul pertama : Aurat wanita merdeka di hadapan lelaki ajnabi ialah seluruh tubuh badan tanpa kecuali. Qaul ini adalah qaul yang paling soheh dalam Mazhab Syaf’ie.
b) Qaul kedua : Aurat wanita merdeka di hadapan lelaki ajnabi ialah seluruh tubuh badan kecuali muka dan dua tapak tangan. Walau bagaimanapun, jika mendedah muka dan dua tapak tangan boleh menimbulkan fitnah kepada wanita itu, maka ketika itu wajiblah menutup seluruh tubuh badan tanpa kecuali. Fitnah iaitu ( ”apa yang lahir pada dirinya yang mana dengan melihatnya boleh mendatangkan nafsu syahwat).
2. MAZHAB HAMBALI : ada 2 qaul ;
a) Qaul pertama : Semua anggota wanita adalah aurat tanpa kecuali kepada lelaki ajnabi.
b) Qaul kedua : Semua anggota tubuh wanita bagi lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah aurat kecuali muka dan dua tapak tangan. Tapi jika mendedahkan boleh mendatangkan fitnah, maka wajiblah juga menutupnya.
3. MAZHAB HANAFI : ada 2 qaul ;
a) Qaul pertama : Aurat wanita merdeka di hadapan lelaki adalah seluruh tubuh kecuali muka dan dua tapak tangan. Walau bagaimanapun, jika mendedahkan boleh mendatangkan fitnah, maka wajiblah juga menutupnya.
b) Qaul kedua : Semua anggota tubuh wanita bagi lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah aurat kecuali muka dan dua tapak tangan hingga ke pergelangan tangan dan dua tapak kaki.
4. MAZHAB MALIKI : Aurat wanita merdeka di hadapan lelaki adalah seluruh tubuh kecuali muka dan dua tapak tangan. Walau bagaimanapun, jika mendedahkan boleh mendatangkan fitnah, maka wajiblah juga menutupnya.
SIAPAKAH YANG DIKATAKAN GOLONGAN MAHRAM
DENGAN WANITA.
1. Suami
2. Bapa sendiri ( bapa kandung)
3. Bapa suami (bapa mertua)
4. Anak lelaki
5. Anak lelaki suaminya (anak tirinya atau anak isteri lain bagi suaminya sama ada isteri itu masih hidup atau telah bercerai atau meninggal) tetapi bukan anak dari bekas isteri suaminya dengan suami yang lain yang dikahwininya setelah bercerai dengan suaminya.
6. Saudara lelaki (adik atau abang seibu sebapa atau seibu sahaja atau sebapa sahaja).
7. Anak lelaki kepada saudara lelaki (anak saudara)
8. Anak lelaki kepada saudara perempuan (anak saudara)
9. Wanita Islam yang berakhlak.
10. Hamba lelaki yang mereka miliki
11. Pelayan lelaki (khadam) yang sudah tidak ada syahwat kepada wanita.
12. Kanak-kanak lelaki yang bukan mahram yang belum mengerti tentang aurat wanita (belum mumayyiz).
13. Anak lelaki susuan.
14. Bapa susuan.
15. Saudara susuan.
16. Bapa saudara sususan, datruk saudara susuan hingga ke atas, dan anaksaudara susuan hingga ke bawah.
17. Menantu lelaki.
DIBOLEHKAN LELAKI BUKAN MAHRAM MELIHAT AURAT WANITA DALAM BEBERAPA KEADAAN.
1. Ketika hendak meminang. Kadar sempadan aurat yang hendak dilihat ialah muka dan kedua tapak tangan sahaja.
2. Ketika berjual beli
3. Doktor atau tabib bertujuan mengubat.
4. Ketika hendak menjadi saksi
5. Ketika mengajar
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ulama Pewaris nabi

Hebat ciptaan Allah

Mengejar dunia tidak mendapat akhirat mengejar akhirat mendapat dunia


Pewaris Nabi

[1_278887258l[1].jpg]

Ustaz Nik Zawawi Nik Salleh...

Tgk2

Sedikit gambar2 tuk mngimbas kembali kenangan semasa pergi ziarah di Jordan dan mengerjakan umrah di Mecca.. ^_^ Perasaan gembiranya tidak dapat di gambarkan semasa berada di sana... Ya Allah tidak dapat di ceritakan perasaan semasa berada di sana dan juga tidak dapat di gambarkan betapa sedihnya apabila waktunya telah tiba untuk bertolak ke tempat nabi, Madinah Al-Munawarah... tgk2 lah...

Ya Allah


Come on

NORA\